News More on this category »
Software More on this category »
Tips and Trick More on this category »

Mungkinkah meng “open source” kan Windows ??

wlos
Mungkinkah meng “open source” kan Windows ?? Mungkinkah gerakan IGOS (Indonesia Go Open Source) akan sukses ?? Dan jawaban ke dua pertanyaan tersebut adalah “ yes” dan pasti, karena selama dunia ini masih berputar maka inovasi tidak akan pernah berhenti, teknologi baru selalu muncul yang senantiasa terus memperbaiki sistem yang sekarang ada menjadi suatu sistem yang lebih baik, efisien dan murah. Di saat kebangkitan Nasional yang ke 100 ini, kita harus bangkit dan menjadi kaya dari karya/produk intelektual bangsa sendiri.

Meng “open source” kan windows ?

Kedatangan Bill Gates ke Indonesia di bulan Mei 2008 pada saat Indonesia merayakan 100 th kebangkitan Nasional telah menggugah seluruh masyarakat Indonesia dari tingkat anak-anak sampai usia matang, dari masyarakat biasa sampai masyarakat bisnis, dan dari masyarakat pengguna produk Bill Gates sampai agen penjual produk Bill Gates. Tak pelak para pejabat tinggi di pemerintahan Indonesia yang harap-harap cemas menunggu pernyataan si raja microsoft dunia. Bagaimana tidak, pada bulan Mei 2008 ini pun tengah digelar IGOS Summit II yang merupakan ajang pertemuan para manusia kreatif dan inovatif di bidang teknologi informasi dan komunikasi, ajang temu darat para penggerak open sorce di Indonesia yang sering bekerja sama secara remote di tempat masing-masing, yang masih tertatih-tatih namun yakin perjuangannya pasti sukses untuk membawa masyarakat Indonesia menjadi masyarakat yang tidak membajak melalui penggunaan software legal.

Akankah Bill Gates meng “open source” kan Windows ?

Suatu pertanyaan yang jawabannya bisa “ya” namun tidak bisa dipastikan kapan itu terjadi. Teringat diawal tahun 2001, saya dengan beberapa teman mengadakan kunjungan resmi atas nama BPPT ke kantor Microsoft dan diterima oleh General Manager yang waktu itu adalah Bpk Richard Kartawijaya. Pertanyaan kami hanya satu, Mungkinkah windows dibuat dalam bahasa Indonesia ? Tujuan saat itu adalah untuk mengatasi kesenjangan digital antara masyarakat Informasi dan masyarakau umum yang belum mengenal komputer. Suatu pertanyaan yang sederhana dan logis mengingat windows saat itu sudah dibuat dalam berbagai versi bahasa di dunia.

Jawaban Microsoft saat itu adalah “meng-“Indonesia” kan windows merupakan hal yang impossible alias tidak mungkin. Singkat kata, karena tidak ada profit, dan pembajakan software di Indonesia sangat mengkhawatirkan. Dan kalaupun bisa, akan membutuhkan dana yang sangat mahal. Jawaban yang sangat menyakitkan, namun mampu membangkitkan gairah teman-teman untuk bangkit dan berjuang untuk tidak membajak dengan cara kreatif. Bersama-sama dengan teman-teman kreatif yang mensimbolkan dirinya pinguin alias Linux maka diluncurkannya “WinBi” alias Operating system “seperti windows” dan berbahasa Indonesia dan berbasis open source, yang sempat mendapatkan penghargaan dari Ibu Negara Megawati Sukarnoputri saat itu.

Dengan berjalannya waktu, sepertinya Bill Gates mulai berubah dan membuat kejutan bahwa ternyata di tahun 2005 suatu hal yang pernah dikatakan tidak mungkin diatas menjadi kenyataan, diluncurkannya MS Windows berbahasa Indonesia. Perjuangan masyarakat open source sedikit terganggu, bagaimana tidak, saat itu tengah dipromosikan untuk pemanfaatan software legal berbahasa Indonesia berbasis open source. Yang pasti, dari peristiwa diatas menggambarkan bahwa suatu hal yang tadinya tidak munngkin menjadi kenyataan, sehingga impian meng “open source” kan windows oleh Bill Gates masih punya peluang. Namun kapan? Masyarakat pengguna komputer semakin berkembang pesat seiring dengan makin cepatnya bertumbuhnya konten informasi yang bebas diakses melalui internet serta berbagai perangkat keras yang baik dan murah yang mendukung era informasi ini.

ReactOS mampu meng “opensource” kan Windows.

Meng “open source” kan windows sudah pasti itu menjadi tujuan utama manusia kreatif karena windows sudah mendarah daging di setiap pengguna komputer diseluruh dunia. Membuat windows yang gratis (“open source”) namun “nyaman” adalah sasaran dari berbagai kegiatan sistem programmer di seluruh dunia, dan merupakan kegiatan yang saling mendukung dari berbagai sudut teknologi perangkat lunak sistem. Kini kegiatan kreatif tersebut sudah menghasilkan sebuah produk yang diberi nama ReactOS® singkatan dari React Operating System. ReactOS merupakan perangkat lunak sistem operasi yang mampu menjalankan seluruh aplikasi yang selama ini berjalan diatas Ms Windows XP dan mampu mendukung driver perangkat keras yang digunakan untuk windows..

ReactOS memanjakan pengguna open source
Pengguna open source selama ini dihantui oleh tidak berfungsinya perangkat keras yang baru dibeli yang di attach ke komputernya oleh karena driver perangkat kerasnya belum tersedia atau belum dikembangkan oleh komunitas open source. Begitu juga beberapa aplikasi yang biasa digunakan menjadi tidak berfungsi jika menggunakan sistem operasi open source. Maka kedua keraguan seperti itu menjadi tujuan utama pembuatan ReactOS yaitu menjamin berjalannya seluruh aplikasi dan hardware yang digunakan diatas sistem operasi yang bersifat free dan open source, karena mempunyai database dirver yang cukup lengkap. Sistem operasi layaknya windows ini bebas digunakan dan dapat bebas di download di http://www.reactos.org/en/download.html. Selamat mencoba. Segala keperluan mulai dari CD instalasi, Live CD bahkan versi coba-coba tanpa mengganggu sistem yang sudah ada, serta source code dan petunjuk instalasi, tersedia disini.

Gerakan IGOS, ayo bangkit terus dan berlari.

Itulah angan-angan yang harus menjadi kenyataan, dimana gerakan IGOS dapat bersinergi dengan gerakan open source dunia untuk bersama-sama membudayakan masyarakat untuk tidak membajak karya orang lain melalui pemanfaatan sistem operasi berbasis open source dan aplikasi-aplikasi pendukungnya yang dapat memberikan kenyamanan bagi penggunanya. Kerja keras sudah menjadi keharusan mengingat perkembangan perangkat keras sangat luar biasa, sehingga dukungan teknis yang memberikan solusi driver pada peralatan baru dapat sejalan, kalau tidak maka pengguna open source hanyalah manusia tua yang peralatannya tidak ganti-ganti, sedangkan anak muda atau eksekutif bahkan para pejabat yang dinamis lebih memilih windows untuk kecepatan dan kenyamanan dengan dukungan teknis yang pasti dari setiap peralatan baru yang digunakan.

Siapa yang bertanggung jawab?

Kembali ke persoalan semula, gerakan meng “opensource” kan “windows” dalam arti membuat sistem operasi seperti windows tetapi open source dan berbahasa Indonesia serta membudayakannya di masyarakat, perlu diatur kembali strateginya, apakah hal ini urusannya Kementerian Negara Riset dan Teknologi (KNRT) saja ? Jawabannya tentu tidak, dan ketika disepakati bahwa meng ‘opensource” kan windows adalah kegiatan teknologi, maka menjadi tanggung jawab KNRT melalui Lembaga Pemerintah Non Departemen dibawah koordinasinya, untuk melakukan aktifitas nyata mencapai tujuan tersebut. Sedangkan kebijakan pemanfaatannya menjadi urusan Depkominfo, serta Mendiknas yang lebih banyak ke urusan pembudayaannya di tingkat pendidikan. Bantuan dan tawaran Bill Gates untuk Indonesia perlu disikapi dengan arif dan bijaksana. Masalahnya, apakah ketiga lembaga pemerintah bersama dengan LPND nya itu dengan sula rela bersedia untuk berkolaborasi ? Jawabannya ……ditunggu!

Penutup.
Perubahan demi perubahan, kemajuan demi kemajuan harus disikapi dan di hadapi dengan kreatif. Era ekonomi berbasis pengetahuan ini perlu di sikapi melalui pengembangan inovasi berbasis karya intelektual yang sudah dibuktikan oleh Bill Gates dan banyak lagi lannya. Harus memutar otak dan berkreasi terus, menciptakan kegiatan-kegiatan yang mengarah pada peningkatan karya intelektual, dan pemanfaatannya perlu di galakkan terus menerus di era ekonomi kreatif ini. Melalui proses perekayasaan industri kecil yang berbasis pada produk karya intelektual bangsa lain yang sudah kedaluarsa diharapkan dapat diciptakan produk yang baru dan inovatif, dapat dimanfaatkan para usaha kecil menengah. Sehingga negara ini tidak menjadi negara yang hanya bisa melindungi karya/produk intelektual bangsa lain, atau negara yang menjadi target pasar atas produk bangsa lain yang dilindungi di negara ini. Di saat kebangkitan Nasional yang ke 100 ini, kita harus bangkit dan menjadi kaya dari karya/produk intelektual bangsa sendiri.

Sumber: http://andrarigrahitandaru.blogspot.com
Copyright © 2013. Palopo IT Community - All Rights Reserved | Template Created by Kompi Ajaib Proudly powered by Blogger